
RHE Sianturi dari komunitas Backpacker International membagikan pengalamannya terkait moda transportasi di Eropa, baik antarkota atau antarnegara.
Dia melakukan perjalanan seorang diri selama dua bulan pada tahun 2019.
Selama Februari-April 2019, Rhe backpacking ke Jerman (Berlin, Konstanz), Belanda (Eindhoven, Best, Amsterdam), Belgia (Antwerp, Brugge, Brussel), Prancis (Paris, Strasbourg), Swiss (Zurich).
Lalu, Italia (Venice), Austria (Vienna), Slovakia (Bratislava), Lichtenstein, Hungaria (Budapest), dan Rep Ceko (Prague).
Rhe menggunakan transportasi darat (bus dan lereta). “Saya mau bagi tentang aplikasi Omio. Omio itu modelnya seperti Skyscanner, dia akan scan transport yang kita butuhkan, yaitu kereta, bus, dan pesawat.
Mana yang sesuai dengan kantong dan kenyamanan kamu, silakan pilih dan bayar online,” katanya dalam unggahan 2 Februari 2020.
Dia lantas memberikan rekomendasi berdasarkan pengalamannya dalam memilih kereta api. Rhe meminta supaya memilih kereta, pastikan tahu betul berapa kali pindah kereta, waktu perpindahan yang dibutuhkan, dan jenis keretanya.
Contoh kasus dirinya waktu naik kereta dari Berlin ke Best, Belanda.
Rhe yang menggendong backpack seberat 17 kg itu pindah 5 kali dan memilih 2nd class. Ini ibarat seperti kereta Surabaya-Malang (tak ada nomor tempat duduk).
Kalau ada kosong diduduki, kalau penuh yang mau tidak mau berdiri. Walau kelas 2 cukup aman.
Sebelumnya, Rhe sudah konfirmasi ke Omio tentang kemungkinan kalau dirinya tidak dapat mengejar kereta selanjutnya. Gimana?
Mereka bilang, selama masih di dalam stasiun, kalau ketinggalan kereta, masih bisa ikut kereta selanjutnya. Tinggal tunjukan tiket kepada petugas kereta, aman.
Waktu itu, Rhe sempat ketinggalan kereta di Belanda, dari Viersen ke Venlo. Padahal merasa masih ada waktu 30 menit buat ganti kereta dan santai-santai beli sandwich. Ternyata, jeda kereta hanya 5 menit.
Yang perlu diperhatikan di sini, hai para penggemar blog mo-trans, adalah saat perpindahan kereta di statiun, wajib mengetahui nomor platform kereta berikutnya. Kalau missed, harus pantengin layar lagi, di platform mana kereta berada.
“Biar tahu saja gaes, harga tiket kereta dari aplikasi omio, murah karena sistem ngeteng. Ada yang pakai ICE, RE, IC dan sebagainya,” paparnya.
Kalau soal bus, selama dua bulan, Rhe menjajal Flixbus, Eurolines, Regiojet. Semua bus ada WiFinya, tapi tidak semuanya jalan dengan baik.
Semua bus ada toiletnya, jadi aman kalau kebelet. Yang paling disuka Regiojet karen dia ada steward on board dan dapat compliment cokelat atau kopi.
Regiojet bisa bayar dan beli tiket on the spot sedangkan Flixbus tidak bisa. Kalau Eurolines tidak tahu. Kalau naik bus, Rhe memilih second class, sehingga bebas mau duduk di mana.
Dia lebih sering ambil seat paling belakang, berharap tak ada orang lain, sehingga bisa tidur puas.
Sayangnya, kaki tak dapat selonjoran di seat, karena kurang sopan dan tidak enak dengan penumpang yang lain.
“So far, yang aku tau, hanya aku doang yang suka tidur kayak gitu, yang lain tidurnya sopan duduk. Kalau aku mah pegel kelesss,” katanya.
Sedikit berbagi pengalaman tentang Flixbus. Terakhir kali, kejadian Rhe ketinggalan bus yang sudah ditunggunya selama 20 menit dari mobil. Maklum, perjalanan dini hari, lagi winter.
Bus yang datang adalah warna putih. Flixbus yang diketahuinya selama muter-muter Eropa selalu warna hijau dengan tulisan gede orange FLIXBUS!
Nah itu warnanya putih. Waktu bus itu pergi Rhe santai saja. Terus temannya nyeletuk, let me track your bus! Dia baru tahu kalau Flixbus bisa ditrack lewat aplikasinya.
Trek posisinya dengan kode booking. Ternyata oh ternyata, bus putih tadi adalah busnya Rhe.
Terpaksa dirinya membeli tiket lagi dan perjalanan memutar jauh. Kelebihan Flixbus, jumlah armadanya banyak. Jadi, setiap jam ada rute.
Ketika Rhe ganti bus di Zurich, dia dapat bus warna putih dan sempat bertanya kepada sopirnya. Benarkah Flixbus sekarag warnanya tidak selalu hijau?
Si sopir cuma menunjukkan stiker kecil warna hijau di pintu masuk. “Oiy, waktu kalian mau pilih busnya lewat aplikasi Omio, kalian harus cek dulu lokasi bus, ada di stasiun mana.
Kadang bus berhenti jauh dari train station atau pusat kota. Kalau aku biasanya booking hostel sesudah pesan tiket bus, lalu pilih yang deket bus stop,” tambah Rhe. (*)