Bandara Halim Berlakukan Sistem FIFO

Kenapa kemudian, pilihannya harus FIFO? Latar belakang dibuat FIFO adalah karena sempitnya lahan parkir di Bandara Halim. Sebelum FIFO diterapkan, semua taksi memarkir kendaraan di depan Terminal Kedatangan.

Dampaknya, terjadi antrean sesama taksi, sehingga menutup hampir semua jalur yang ada di depan terminal dan mengakibatkan macet panjang sampai ke Cawang.

Angkutan berbasis aplikasi juga ikut-ikutan menambah macet dengan modus sebagai pengantar atau penjemput.

Selain itu, sangat susah untuk mengontrol keberadaan taksi gelap yang ikut mangkal di depan terminal dan menambah kemacetan.

Setelah pemberlakuan sistem FIFO, kini penumpang tidak waswas lagi dari tarikan dan teriakan operator maupun calo taksi gelap karena mereka tidak bisa beroperasi lagi.

Kalau nekat beroperasi, akan langsung terlihat Avsec maupun PAM bandara.

Dengan sistem FIFO, tidak ada antrean taksi atau mangkal di jalur di depan terminal, karena mereka akan masuk ke jalur FIFO begitu ada penumpang dari kantong parkir mereka.

Jalur FIFO hanya satu baris dan hanya makan space parkir mobil secara paralel tiga mobil bersamaan dan tempatnya tertentu.

Dengan demikian, penumpang lebih nyaman karena antre taksi pada tempatnya dan tidak akan makan waktu lama karena taksi selalu ada.

Menurut @specter, tidak semua operator taksi bisa bergabung dengan sistem FIFO. Pengelola setempat memberikan syarat tertentuk kepada operator yang ikut operasional dengan sistem FIFO. Misalnya, batas usia armada taksi.

4 thoughts on “Bandara Halim Berlakukan Sistem FIFO

  1. Ini penjelasan yg sangat bagus…
    Saya ini petugas fifo yg berhubungan langsung dngn pengguna taksi.. mohon difahami terutama para pengguna Salah satu operator taksi… Jngn beranggapan kami preman karna kami mengatur Demi tercipta ketertiban, keamanan juga kenyaman pengguna transportasi taksi…
    Jujur kami sedih seeing dianggap sebelah Mata padahal kami Hanya menjalankan tugas sesuai SOP…

  2. Ya kalau tidak mau terjadi antrian kendaraan didepan pintu kedatangan, buatkan tempat untuk penjemputan taxi. Kan bisa di area parkir. Sekarang kita lihat, penumpang tdk mau taxi tapi maunya Gofar/grab. Mrk bela2in bawa barang berat keluar bandara dulu. Itu kan lucu dan kasihan. Naik harus taxi tertentu itu pemaksaan dan monopoli.

  3. Saya sangat sedih, bandara yg dibangun oleh uang negara dan rakyat, tapi pada kenyataannya pengguna bandara Halim jadi sengsara. Kalau hanya alasan semrawut, itu bgmn mengaturnya toh? Kalau nggak mampu mengatur ya memang terasa susah. Sekarang harus menggunakan taxi yg ditunjuk bandara. Taxi lain tdk boleh, itu aturan sepihak yg terkesan arogan..! Padahal penumpangnya sendiri sy lihat banyak yg TDK mau naik taxi yg ditunjuk bandara, sampai dibela-belain jalan kaki keluar bandara dgn memanggul barang2nya. hati nurani pengelola bandara Halim ini bgmn?. Apakah SDH ditutup kabut bisnis, sehingga masa bodoh..??

  4. Sama saya juga begitu. Lebih baik saya bayar mahal driver lain diluar. Daripada di bandara halim. Supir rata rata tidak ada atitudenya. Lebih baik saya naik online gocar atau taksi bluebird or silverbird. Harga saya no sekian, tpi pelayanan.

Tinggalkan Balasan