Cara Menyelamatkan Diri saat Darurat di KRL Commuter Line

BANYAK pengguna KRL Commuter Line tidak tahu cara menyelamatkan diri saat darurat.

Setidaknya itu terekspresikan dalam kecelakaan antara KRL dan truk tangki BBM di kawasan Bintaro, Desember 2013.

“Keretanya terguling ke kanan dan aku nyari alat pemecah kaca tidak ada, satpam gak ada, gerbong depan, itu khusus perempuan itu. Penumpang yang lain berusaha cari jalan keluar lewat gerbong bagian belakang. Kita sudah teriak-teriak, aku nginjak itu kaca,” ujar seorang korban, Fransiska Ninditya.

Ketika kecelakaan terungkap, penumpang di gerbong khusus wanita panik dan tidak tahu cara menyelamatkan diri. Apalagi, tak ada satpam atau petugas yang membantu mereka.

Rupanya, KRL buatan Jepang itu memang tidak menyediakan palu pemecah kaca sebagai alat keselamatan.

Sebagai gantinya, terdapat katup angin yang dipergunakan untuk membuka semua pintu secara darurat.

Banyak orang, khususnya penumpang kereta nahas itu, mempertanyakan absennya palu pemecah kaca sebagai alat utama untuk keselamatan dalam keadaan darurat.

Benarkah PT KAI selaku operator tunggal Kereta Api di Indonesia tidak melengkapi KRL-nya dengan alat keselamatan darurat?

Pertama yang harus dipahami adalah, rangkaian KRL di Jabotabek saat ini sebagian besar merupakan KRL yang diimpor dari Jepang.

Sangat masuk akal kalau alat keselamatan yang ada pada rangkaian KRL itu merupakan standar Jepang yang sudah lebih advance dan diperhitungkan dengan matang.

Tinggalkan Balasan