Si teman ingin membayar awal Rp 100 juta, selanjutnya Rp 3 juta per bulan. Dalam hati si teman: Nothing to lose. Dilihat muka orangnya kok datar saja, dijawab Ok. Terus malah dibilang, kalau transfer per bulan mahal transfer feenya, boleh kok bayar setahun sekali jadi transfer feenya cuma sekali.
Wow, si teman tambah berbinar. Ada secercah harapan. Bayangkan perlu berapa puluh tahun untuk melunasinya? Luar biasanya diberitahu, jika ternyata Rp 3 juta terlalu berat, silahkan hubungi, bisa didiskusikan lagi. Wow amazing. Benar-benar too good to be true. Keluarga sampai tidak percaya sebelum pulang sampai Jakarta.
Setelah 20 hari, si ayah, bisa pulang tanpa jaminan apa apa. Francisca akhirnya bertemu si teman. Kebetulan, teman di asuransi. Dia merasa menyesal kenapa tidak beli asuransi yang lebih baik. Karena ada yang cover sampai Rp 2,8 miliar. Ternyata, untuk turis yang ke Jepang itu biaya rumah sakitnya 2 kali harga orang Jepang.
Ada tertulis di peraturan negara, dan rumah sakit yang didatangi itu (Osaka), 2 kali lebih mahal dibanding rumah sakit yang biasa. “Bisa dibayangkan nggak tuh. Speechless. Entah apa lesson learned nya. Just my friend story,” tambahnya.
Anggota komunitas lain, Sulistyo Agustinus, menceritakan hal yang hampir mirip. Dia punya pengalaman yang kurang lebih sama tapi kejadiannya di Singapura. Rencananya, mau konsultasi dan pergi 3 hari, akhirnya berujung satu bulan stay di Negeri Singa itu, karena ayahnya serangan jantung.
Benar, biaya rumah sakit di luar negeri untuk nonpenduduk negara itu, bisa 2-3 kali lipat dari yang penduduk, tapi ya begitu, bayarnya bis dicicil. “Puji Tuhan semua cicilan sudah selesai tepat waktu. Leason learned : travel insurance itu penting banget,” tandasnya.
Sementara itu, pakar backpacker dari Malang, Vicky kurniawan mengaku baru tahu kalau biaya rumah sakit di Jepang bisa dicicil. Tapi dari pengalaman pribadi, sebagai admin rumah sakit, jarang orang setelah dipulangkan mau mencicil biaya rumah sakit.
Dari puluhan kasus biaya yang boleh dicicil, hanya 3 orang yang benar-benar jujur untuk mencicil. Jadi, orang yang benar-benar jujur di dunia ini memang hanya sedikit dibanding yang tidak jujur. Eko, warga Indonesia yang tinggal di Jepang menegaskan kembali, pada dasarnya, rumah sakit Jepang itu tidak menerima asuransi asing, maka susah buat traveler kalau ada apa-apa.
“Sistem ngga bisa waive untuk asuransi non-jepang. Jadi, please, jangan sakit saat traveling. Jangan sampai sakit ketika jalan-jalan ke Jepang, terutama hari libur, akhir pekan, apalagi tahun baru. Udah dipastikan cari rumah sakitnya susah setengah mati,” terangnya.
Pernah ada dosen UM (Universitas Negeri Malang) jalan-jalan dengan keluarganya. Di hari ke berapa itu, lutut anaknya dislokasi. Sudah punya asuransi tapi tidak bisa klaim di rumah sakit. Bayarnya waktu itu sekitar 50.000 yen, termasuk kruk untuk jalan.