Kenapa Italia Bisa Kena Kasus Virus Corona Begitu Banyak?

BLOG apa? Aduh, gw semalam nulisnya asl nuis, gak nyangka yamg sjare segitu banyak. Tau gitu,gw rapihin tulisannya. Begitulah reaksi kali pertama, Ita Octavia, ketika menerima pesan dari admin blog ini, Sabtu (14/3/2020). Perempuan yang tergabung di grup Facebook : Backpacker International itu, memang menulis cerita menurut pandangannya sendiri, situasi terkini di Italia.

Admin mo-trans telah meminta izin mengutip tulisannya itu, sehingga dapat dishare lewat blog ini. Sedikit banyak supaya dapat memberikan wawasan lain mengenai penyebaran virus Corona di Negeri Pizza itu, yang memang termasuk, cepat dan menimbulkan banyak korban. So, begini penuturan Mbak Ita (dengan sedikit perbaikan dari admin).

Semula saya ragu-ragu menulis tapi karena mati gaya, (Italia) lagi di-lockdown dan melihat banyak sekali postingan yang bertanya “aman tidak ke sini, aman tidak ke sana”, jadilah saya memutuskan menuliskan.

Saya sekarang ini tinggal di Italia. Sudah sejak tahun 2008 dan saya mencoba menulis ini sebagai rangkuman dari pengalaman pribadi. Tentu saja, termasuk hasil diskusi dengan teman-teman di Italia, Eropa dan Amerika, plus hasil dari baca-baca berita lokal dan internasional.

Sebenarnya kayak apa sih situasi di Italia? Di bagian utara negara ini, situasinya morat marit. Rumah sakit kewalahan menampung pasien virus Corona (Covid-19). Jumlah tempat tidur di ruang intensif cuma 750 di Lombardia dan sekitar 5000 di seluruh Italia.

Kebayang kan, dengan ribuan orang yang positif dan 10% di antaranya harus masuk ruang intensif, yang notabene, berisi pasien-pasien dengan penyakit parah lainnya. Dokter dan perawat juga terinfeksi dan harus dikarantina.

Akibatnya, mereka membatalkan semua operasi-operasi ringan dan sedang, supaya meraka bisa sulap ruang operasi menjadi ruang intensif. Dokter-dokter spesialis yang biasanya tidak mengurus UGD, sekarang harus membantu di unit itu, karena dokter-dokter yang terinfeksi sekarang dikarantina. Koridor disulap jadi tempat perawatan karena sudah tidak ada kamar.

Di Italia selatan, situasi rumah sakit. so far, masih manageable walau tetap mereka membatalkan operasi-oprasi kecil dan sedang untuk berjaga-jaga dan fokus kepada pasien Corona. Situasi secara keseluruhan : Italia memanggil lagi dokter-dokter yang sudah pensiun dan mahasiswa keperawatan dibikin cepet lulus untuk bantu di rumah sakit.

Italia adalah negara Eropa pertama yang lockdown seisi negara. Kita cuma boleh keluar rumah untuk kerja atau alasan kesehatan. Toko-toko kecuali toko makanan sama toko obat wajib tutup. Untuk keluar rumah maksimal 2 orang di dalam mobil dan 1 orang per keluarga yang boleh masuk toko.

Kalau keluar rumah harus membawa sertifikat yang menjelaskan, kenapa kita di luar rumah. Polisi-polisi melakukan patroli dan kalau kita keluar tanpa alasan yang diizinkan, bisa kena denda 206 euro.

Orang-orang yang wajib dikarantina namun tetap keukeuh keluar bisa dipenjara 3 bulan, dengan delik acuan “membahayakan kesehatan umum”.

Kenapa Italia bisa kena kasus virus Corona begitu banyak? Ada beberapa faktor, yang utama adalah dari awal Italia transparan dengan data pasien. Italia juga mengetes pasien yang kemungkinan berisiko walau tidak ada memperlihatkan gejala apa-apa.

So far, Italia merupakan satu-satunya negara yang melakukan tes Covid-19 post mortem. Berbeda dengan Prancis yang sekarang sudah tidak mau mengetes orang-orang dengan gejala ringan. Mereka hanya disuruh istirahat di rumah dan mengisolasi diri.

Berbeda juga dengan Amerika, yang punya prosedur sulit untuk tes Covid-19, plus terakhir, saya baca, harganya bisa sampai 3000 dolar AS. Tidak tahu apa sekarang sudah berubah kebijakannya. Jadi, ditanggung negara.

Kebijakan pengetesan untuk banyak orang inilah yang juga merupakan faktor besar, mengapa kita bisa melihat di berita, angka kasusnya jadi bombastis. Kemungkinan besar, di negara-negara lainnya bukannya angkanya jauh lebih rendah, namun kasusnya tidak terdeteksi penuh, sehingga angka riil-nya jauh lebih tinggi ketimbang angka yang terdaftar.

Faktor lain, adalah pas awal-awal outbreak, warganya tidak menganggap penting kasus Covid-19 dan tetap keukeuh jalan-jalan, walau pemerintah sudah menutup sekolah dan lainnya. Parahnya lagi, saat pemerintah lockdown Italia utara, warga sana berbondong-bondong kabur pakai kereta dan mobil ke selatan.

Tentunya, mereka itu, membawa ‘oleh-oleh’ virus Corona kepada warga selatan dan akhirnya pemerintah lockdown satu negara.

Untuk angka kematian, Italia tidak membedakan mana yang meninggal gara-gara Covid-19 dan mana yang meninggal karena memang orangnya, penyakitan dan Corona itu hanyalah satu pemicu di antaranya.
Selain itu, Italia adalah negara dengan populasi lansia terbanyak kedua di dunia.

Tahu sendiri kan, lansia adalah populasi yang paling rentan. Jadi, aman tidak nih ke Italia atau ke Eropa? Italia memang yang terparah sejauh ini, namun negara-negara lainnya seperti Prancis, Spanyol, Jerman, kemungkinan hanya 2 minggu di belakang Italia.

Kalau mereka tidak belajar dari kasus Italia (anggap remeh Covid-19, tidak patuh pas dilockdown), ya tidak menutup kemungkinan, mereka akan end up seperti Italia. Negara Denmark dan Norwegia mulai mengikuti kebijakan pemerintah Italia, mumpung kasus mereka masih belum terlalu banyak.

Saya pribadi berharap negara-negara lain juga akan menyusul. Saya sehat kok, masih muda dan dapat tiket promo. Saya tidak takut, lagian kan sayang duitnya! Kita memang sehat dan masih muda, kena Covid-19, pilek-pilek sedikit juga beberapa minggu doank bakal sembuh.

Namun orang tua, kakek, nenek, om, tante di rumah masih muda tidak? Jantungan gak? Gula darah gak? Itu orang yang duduk di bus bareng kita, siapa tahu pasien kanker dan terkena bersin kita. Satu orang yang kena Covid-19, mungkin cuma bersin-bersin dan batuk-batuk sedikit, tapi orang-orang yang ditulari?

Ya, mereka bisa masuk ICU, bisa meninggal. Tega? Lagian ke Eropa juga museum-museum tutup, atraksi-atraksi dibatalkan, toko-toko tutup, krik krik krik….Ya, sudah deh, saya tidak ke Eropa, ke Bangkok saja, atau ke New York!

Italia adalah salah satu negara dengan sistem kesehatan terbaik di dunia. Oleh karena itu, seperti saya bilang di atas, angkanya transparan, proses tes covid mudah, biaya tes dan perawatan gratis, sehingga pasien banyak yang terdeteksi.

Kebanyakan negara-negara Asia, sistem kesehatannya tidak sebaik di Italia atau di Eropa. Amerika? Duh mereka universal healthcare saja tidak punya, tes covid mahal dan prosedurnya berbelit. Alhasil, jumlah kasus yang dilaporkan belum tentu sesuai dengan kondisi riilnya.

Kemungkjnan besar jauuuh lebih tinggi dari data resmi. Belum lagi soal transparansi. Ada kemungkinan beberapa negara tidak mau benar-benar transparan soal jumlah kasus yang mereka punya supaya tetap dapat devisa dari bidang pariwisata.

Terus? Jadi, saya tidak boleh jalan-jalan, gitu? Cuma gara-gara flu doank? Again, buat kita-kita yang muda dan sehat, ini cuma flu doank, buat lansia, pasien kanker, pasien dengan penyakit jantung, hipertensi, diabetes, ini risikonya kematian.

Kesadaran kolektif diperlukan demi kepentingan bersama. Collosseum tidak bakal kabur, Louvre bakal tetap majang Monalisa, Empire State tidak bakal menyebrang ke Meksiko, rezeki tiket promo tidak bakal habis.

Sampai kapan donk saya tidak boleh jalan-jalan? Peneliti sedang berusaha membuat vaksin dan obat Covid-19 dan ok ini off record, karena informasi ini saya dapatkan dari teman orang Prancis yang mamanya dokter spesialis anatomopathology, jadi bukan sumber resmi dari berita.

Minggu depan, ada trial untuk menggunakan 3 obat bagi pasien covid. Ini trial tahap akhir yang diujicobakan kepada 800 pasien. If all goes well, dalam 2 bulan kita sudah bisa dapat obat untuk Corona. Kalau gagal…ah well, mereka pasti coba terusn hingga berhasil.

Atau, mungkin, pas sudah musim panas, virusnya hilang sendiri kayak virus SARS tahun 2004 dulu. Intinya, ya kita tidak tahun sampai kapan wait, see and pray.

Mati gaya saya kalau tidak jalan-jalan! I feel you. Saya juga mati gaya dilockdown hampir seminggu ini. Masih bersyukur pekerjaan saya bisa saya lakukan dari rumah. Banyak orang, terutama yang kerja di sektor pariwisata, hotel dan rumah makan, tidak dapat pemasukan sama sekali.

Kasian kan, makanya kalau semua orang ikut andil mencegah penyebaran covid, maka lebih cepat kita bisa kembali ke normalitas. Plus dengan ngendon di rumah, kita bisa coba-coba mulai hobi baru: bercocok tanam kek, menjahit kek, masak kek.

Pokoknya, melakukan kegiatan yang biasanya mana ada waktu. Selalu ada hikmahnya dari setiap kejadiaan. Stay healthy, stay wise. (#)

NB. Yuk, yang mau berbagi informasi di belahan tempat lain, silakan dishare di kolom komentar, atau email saja ke admin : motrans2018@gmail.com

Tinggalkan Balasan