Awalnya, sejumlah warga merasa terganggu oleh banyaknya hama tikus yang merusak pertanian sehingga hasil tani menurun drastis. Hingga tahun 1914, Bupati Mojokerto RAA Kromojoyo Adinegoro saat itu memerintahkan aparat desa membabat habis tikus yang ada.
Pada saat pengejaran tikus, aparat melihat hewan pengerat itu masuk gundukan tanah. Kromojoyo memerintahkan agar gundukan dibongkar dan ditemukanlah sebuah candi yang dinamakan Candi Tikus.
Candi Tikus diperkirakan dibangun pada abad XIII atau XIV. Di dalam Kitab Nagarakertagama, Mpu Prapanca mengatakan, dulunya candi ini adalah tempat petitraan atau permandian serta tempat upacara raja-raja terdahulu.
Denah bangunan candi yang terbuat dari bahan batu bata merah ini berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 22,50 x 22,50 meter dan memiliki ketinggian sekitar 5,20 meter dari dasar kolam sampai pada ketinggian permukaan tanah di sekitarnya.
Dasar kolam berada di bawah permukaan tanah dikelilingi tembok yang disusun berteras-teras. Teras-teras itu disusun semakin ke dalam semakin turun. Tangga masuk ada pada sisi utara. Pada bagian dasar kolam ada sebuah pondasi yang terlihat menempel pada dinding kolam sisi timur.
Saat ini, keberadaan Candi Tikus terus dilestarikan. Ketika musim liburan tiba candi ini akan dipenuhi oleh wisatawan yang berkunjung. Candi Tikus dikelilingi taman serta pepohonan yang menambah kesejukan. (*)