Kalau berangkat siang hari, kamu dapat menikmati panorama alam pedesaan yang unik, dan menarik. Masuk wilayah Pasrepan akan menemui pasar tradisional buah-buahan, seperti pisang, mangga, durian, nangka, petai, dan empon-empon.
Boleh kok kamu turun sejenak, lalu membeli satu atau dua, apalagi kalau borongan. Dari Pasrepan, tiba di Desa Puspo, jika beruntung, bertemu warga yang meluncur pulang dari hutan dengan membawa rumput, kayu maupun, hasil hutan lainnya dengan geledekan.
Ini kendaraan kayu tanpa bahan bakar. Hanya bisa meluncur ke bawah. Masuk wilayah Tosari, kamu mendapat suguhan hutan vegetasi hutan sebelum bertemu pasar yang ramai. Untuk meneruskan perjalanan ke Gunung Bromo, semua pengunjung (kecuali yang punya kenalan baik dengan warga setempat), wajib ganti dengan kendaraan yang sudah ditetapkan oleh pengelola Bromo.
Keharusan menggunakan jip (4 x 4) dari Paguyuban Jeep Suku Tengger, semata-mata demi keamanan dan kenyamanan pengunjung. Mobil-mobil pribadi atau motor dapat (kecuali yang nekat), bisa ditinggal di halaman pendapa Agung Wonokitri.
Tempat itu merupakan lahan parkir terkahir, atau ditinggal di temat penginapan, yakni di hotel atau penginapan. Oh ya, tarif sewa kamar sederhana, beragam di sini, mulai Rp 75.000 hingga Rp 200.000 per malam (data per Agustus 2018), dengan tambahan air panas.
Jarak, Penanjakan 1 dengan Wonokitri, 12 km, bisa ditempuh naik ojek motor atau naik Toyota Hardtop (jip) itu. Akses Pasuruan lewat Pasrepan dan Nongkojajar merupakan rute yang langsung mengakses spot Penanjakan 1 Gunung Bromo.
Dari puncak Penanjakan wisatawan akan bisa menyaksikan Matahari terbit yang eksotik, serta lansekap Gunung Bromo nan-memesona. Untuk melihat matahari terbit bisa dari Pos Dingklik, yang tidak terlalu jauh dari Puncak Penanjakan atau Bukit Cinta (2.680 mdpl) dengan penanda tembok besar bertuliskan Love Hill Bromo Tengger. Lokasinya dekat, di bawah Bukit Kingkong.
Yang paling padat pengunjung, biasanya di Bukit Kingkong, lokasinya di bawah Penanjakan 1. Tempat ini menjadi pilihan pengunjung yang jauh-jauh start dari Malang, Probolinggo, karena bisa turun duluan ke Bromo siangnya. Yang terbaik untuk sunrise tetaplah Puncak Penanjakan.
Kalau Penanjakan 1 padat, biasanya pengunjung di bawa ke Penanjakan 2 (Seruni Point) atau Penanjakan 2 (Mentingen Point). Oh ya, sampai lupa, Puncak Penanjakan memiliki tiga toilet umum yang cukup bersih, dikelola oleh warga dengan tiket Rp 4.000. Lalu ada musala, dan penyewaan jaket Rp 20.000. (*)