Beberapa referensi menegaskan, bahwa berbeda dengan tisu kering, kandungan yang ada di dalam tisu basah, salah satunya berupa plastik, dan hal ini yang menyebabkan tisu tersebut lama terurai.
Bukti fakta yang menjelaskan bila tisu basah ini untuk terurai menjadi tanah membutuhkan waku bertahun-tahun.
Bukan hanya dari sisi bahannya, ada pertimbangan lain. Misalnya, perilaku membuang sampah sembarangan. Umumnya (gak semua ya), pendaki yang mebawa tisu basah cenderung membuang seenaknya, habis pakai langsung lempar tanpa memperhatikan kondisi sekitar.
Sedikit sekali pendaki yang memahami akan dampak dari pencemaran lingkungan akibat pembuangan tisu basah yang sembarangan. Ini sama seperti pengendara motor yang seenaknya merokok sambil naik motor.
Kandungan Tisu Basah Berupa Polyester (PET) & Polypropylene (PP). Kandungan dari tisu basah yang berupa bahan spunlace non-woven fabric yang mana ini adalah dasar polimer turunan plastik.
Pada bahan tisu basah polyester dan polypropylene merupakan zat kimia. Bakteri enggan untuk memakannya. Tisu basah yang terbuang akan tetap utuk selama sekian bulan karena tidak akan dikonsumsi oleh bakteri, termasuk ulat ataupun cacing tanah.
Sebenarnya, aturan larangan membuang sampah sembarangan tidak hanya diterapkan bagi para pendaki gunung. Siapapun juga dianjurkan untuk membuang sampah pada tempatnya, karena itu bagian pencegahan pencemaran lingkungan. (*)