Pilih Open Trip Mendaki Gunung atau Bersama Teman

Siapa leadernya, apakah tergabung dalam @APGI_Official. Jadilah orang yang sangat cerewet, tanya ini itu tentang apa saja yang didapat. “Tergiur harga murah open trip gunung impian, bisa berujung membawa pulang gelar baru. Almarhum atau almarhumah,” paparnya.

Secara terpisah, Faisal Andryanto (@faisalndrianto) mengungkit kembali, pernah viralnya sekelompok peserta open trip di Rinjani yang ditahan di Pos 2, karena dianggap sebagai rombongan ilegal. Open trip pendakian sebuah gunung, menurutnya, ibarat pisau bermata dua. Ada baiknya, ada buruknya.

Baiknya, mempermudah siapa saja dalam mendaki gunung. Buruknya, mempermudah siapa saja untuk mendaki gunung. Kebaikan open trip mendaki gunung itu bisa jadi petaka karena bobroknya pengada (penyedia) jasa. Larisnya bisnis ini menjadikan pendakian open trip banyak celah untuk mencelakakan peserta open trip itu sendiri.

“Bagi saya, gunung itu tempat yang mengandung bahaya dan manusia mahluk yang mengundang bahaya. Kebanyakan peserta open trip, tidak tau basic hidup di alam bebas,” tuturnya.

Boleh jadi, akan ada pembelaan bahwa semua bisa dihandle selama peserta selalu ada di bawah pengawasan penyedia jasa open trip. Ini kelemahan manusia, belajar jadi Tuhan. Padahal, di gunung urusan cuaca saja bisa berubah hanya dalam sepersekian detik.

Kelemahan lain open trip adalah, segala kecelakaan yang terjadi dibebankan pula kepada pihak pengelola gunung. Padahal, pengelola gunung tidak tau menau soal kesiapan peserta open trip itu sendiri. Kasarnya, penyedia open trip yang bunuh, pengelola gunung yang ikut ‘dihukum’.

Faisal tidak akan melarang open trip pendakian gunung, jika penyedia jasa open trip berani menandatangani perjanjian di atas materai mengenai keselamatan peserta pendakian. Kenapa harus begitu? Secara tidak langsung, peserta open trip mempercayakan nyawanya pada mereka.

Dengan kata lain, perjanjian ini bisa menekan angka open trip yang hanya meraup untung tanpa memperhatikan keselamatan atau kepuasan pesertanya. Risiko kecelakaan di gunung, penipuan (seperti di Rinjani yang viral) semakin kecil terjadi. Tapi, ada tidaknya perjanjian ini tidak menjamin peserta open trip pendakian gunung bebas dari resiko kecelakaan di gunung.

Adanya perjanjian seperti ini hanya akan memperjelas tanggung jawab penyedia jasa dan meningkatkan kualitas penyedia jasa open trip itu sendiri. Tetap perlu diingat. Alam selalu mengandung bahaya dan manusia akan selalu mengundang bahaya.

“Jikalau kalian merasa diri kalian tidak siap mendaki gunung, lihat mamang cilok saja di YouTube. Ini adalah 100% opini, silakan bantah dengan sopan jikalau tidak sependapat,” tandas Faisal. (*)

Tinggalkan Balasan