
MASKAPAI Citilink Indonesia menunda kebijakan pemberlakuan bagasi berbayar yang semula sudah disampaikan kepada publik akan diterapkan pada 8 Februari 2019, dengan merujuk kepada koordinasi dengan Kementerian Perhubungan RI.
“Citilink mengapresiasi arahan dari Kementerian Perhubungan RI dan akan menunda pemberlakuan kebijakan bagasi berbayar,” kata VP Corporate Secretary Citilink Indonesia, Resty Kusandarina dalam keterangan tertulis yang diterima admin mo-trans, Selasa (5/2/2019).
Pemberlakuan pengenaan biaya bagasi ini akan menunggu hasil evaluasi atau kajian lebih lanjut dari Kementerian Perhubungan RI, untuk kemudian disosialisasikan lebih lanjut kepada masyarakat.
Tapi sosialisasi mengenai rencana pengenaaan biaya bagasi berbayar masih terus dilakukan sebagai langkah edukasi masyarakat atas kebijakan yang didasari oleh PM 185 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Penumpang Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri.
“Diharapkan dengan penundaan penerapan kebijakan ini dapat memberikan waktu sosialisasi kepada masyarakat,” ujar Resty.
Dewi Anggriyanti, seorang netizen (@dewianggri96), mengapresiasi kebijakan Citilink yang menunda penerapan bagasi berbayar. Mudah-mudahan menjadi angin segar bagi penumpang domestik. Kalau nanti harus dikomersilkan, sebaiknya dilakukan bertahap, berapa persen dulu.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya berharap, kebijakan bagasi berbayar untuk maskapai berbiaya murah dilakukan secara bertahap. Tidak tergesa-gesa atau mendadak, karena dampaknya juga akan dirasakan maskapai yang bersangkutan.
Data terbaru, penurunannya relatif drastis. Di Riau turun sampai 40 persen. Imbasnya pasti akan memukul sektor pariwisata. Hal itu dimaklumi, karena sampai sekarang, tingkat pengeluaran seseorang paling besar saat berwisata adalah unsur transportasi udara. “Kalau
Seorang netizen, Agustyo Nugroho (@tyoagus) mengatakan, bagasi pesawat berbayar memang membawa multiplier effect yang sangat amat mengancam. “Yang, mengancam terisinya dompet saya. Asli ini nggak lebay,” ujarnya.
Ketua Association of The Indonesian Tours & Travel Agencies (Asita) DIY, Udi Sudiyanto, mengatakan pengenaan tarif bagasi akan merugikan industri pariwisata.“Banyak teman mengeluh penjualan tiket dan tamu menurun.
Sebaliknya, netizen lain, al (@almascatie) justru mendukung pemberlakuan bagasi berbayar. “Bagasi berbayar itu wajar kok. Diluar negeri udah diterapkan. Yoi, wajar dan ikhlas, apalagi orang Papua, bagasi sekilo cuma 89K, murahhh,” tukasnya.
Media tirto.id mengungkapkan, kebijakan bagasi berbayar adalah upaya untuk menyelamatkan keuangan maskapai yang sedang sulit. Bagasi berbayar membuat penumpang membawa lebih sedikit tentengan, mencegah kepadatan bagasi berlebihan, dan meningkatkan keamanan penerbangan.
Memang ini sebuah dilema, sebuah edukasi untuk para penumpang domestik. Penumpang bisa saja meninggalkan layanan pesawat karena kebijakan bagasi berbayar dan harga tiket yang mahal. Hal ini sudah terbukti, ada ratusan penerbangan yang dibatalkan gara-gara bagasi berbayar.
Per 8 Januari 2019, Lion Air dan Wings Air resmi menghapus ketentuan bagasi terdaftar gratis. Meski menjengkelkan, secara tak langsung aturan bagasi berbayar memang membuat penumpang semakin efisien. (*)