Danaunya bisa reflection/mantul. Kemudian, melaju ke Fox Glacier, dan berencana ikut Terminal Face Way tur (Fox Guides atau Franz Josef Glacier), dengan berjalan kaki di antara glacier yang indah. Tapi karena belum sky dive, kami lebih memilih sky dive. Sayangnya, tak dapat slot lagi mesti sudah nunggu 2 jam. Hanya suami dan temannya yang sky dive. Setelah puas dengan sky dive yang luar biasa katanya, kami melanjutkan perjalanan dan bermalam.
DAY 9 : Hokitika-Greymouth–Punakaiki
Keesokan paginya kami melanjutkan perjalanan ke Diamond Lake yang sebenarnya tidak ada di itinerary kami, tapi kami penasaran. Maklum jiwa muda. Kami menyusuri jalan setapak dengan pemandangan indah lalu agak masuk ke dalam hutan dan akhirnya menemui danau yang superindah. Setelah berfoto dan menikmati alam kami kembali melanjutkan perjalanan.
Di sini kami mengalami insiden lagi. Pas muterin campervan, temen tidak melihat ada batang pohon yang tinggal seperempat. Alhasil, bemper belakang campervan penyok karena nubruk. Setelah dicek ricek ternyata itu jalanan tak boleh dilewati oleh campervan. Kami meluncur melewati pesisir barat yang dramatis di selatan New Zealand.
Ada berbagai tempat yang menarik di Hokitika, namun dalam perjalanan menuju Greymouth, tempat yang patut dikunjungi adalah Shanty Town. Kami tidak jadi pergi karena ada yang tidak sreg dengan wisata ini. Di Greymouth, rencananya mau berpetualang dengan Black Water Cave Rafting yang hanya ada di Selandia Baru. Petualangan seru yang menakjubkan ini tapi karena pergi musim dingin dan yang pastinya bikin badan beku kalau nyemplung.
Yah, kami batalkan deh, karena belum menikmati Glow Worm Caves, akhirnya ikut Glow Worm Caves di Punakaiki. Tempat ini terkenal dengan Pancake Rocks and Blowholes. Ini batu mirip pancake karena erosi. Jangan lupa mengunjungi hutan lindung Paporoa National Park. Malamnya, kami kembali ke Greymouth untuk parkir gratis dan bermalam di sana. Ketika pukul 22.00, kami digerebek polisi.
Mereka bilang campervan kami belum perpanjang izin untuk parkir di sana. Kami keep argue sama polisi dengan memberikan bukti-bukti legal yang kami punya. Mereka minta kami besok datang ke kantornya untuk membicarakan dan bayar denda $200. Kami langsung telepon pihak rental saat itu tapi malah pihak rental responsnya kurang bersahabat dan bilang kalau kami yang salah.
DAY 10 : Punakaiki-Greymouth-Arthur’s Pass–Oxford
Pagi-pagi kami datang ke kantor polisi, dan akhirnya diambil kesimpulan, kalau yang salah adalah pihak rental dan kami menang sehingga tidak perlu bayar denda. Setelah berurusan dengan petugas, kami bisa dengan tenang berkeliling di daerah Greymouth dan membeli oleh-oleh di warehouse dan membeli madu asli Selandia Baru di supermarket. Lalu dari Greymouth menuju danau Brunner, salah satu danau yang menjadi favorit bagi para pengunjung untuk menikmati keindahannya. Kami kembali ke Greymouth untuk parkir gratisan dan bermalam di sana.
DAY 11 : Oxford – Waipara Valley – Hanmer Springs – Kaikoura
Pagi kami akan beribadah di Anglican Church pukul 08.00, dan kembali mengalami insiden. Karena buru-buru tanpa mandi dan hanya bersikat gigi, kami berangkat menuju gereja. Mungkin teman kami masih ngantuk, dia tidak melihat ada papan penanda jalan yang ada di samping gereja sehingga menabrak. Puji Tuhan tidak parah. Penanda jalan masih berdiri kokoh, hanya lecet di bagian atas dan pintu samping campervan.
Selesai ibadah kami melanjutkan perjalanan ke Arthur Pass. View yang disajikan di kanan kiri sungguh menakjubkan. Ada sungai, tebing. Kami berhenti di sebuah hutan kecil yang ada air terjun kecil lalu melanjutkan perjalanan kembali. Kami sesekali berhenti untuk beristirahat, memasak dan mengambil foto. Tujuan kami adalah Kaikora, tempat melihat ikan paus dengan cruise. Tapi karena perjalanan ke sana sangat jauh dan kami sudah sangat lelah, kami memutuskan langsung menuju Christchurch untuk bermalam.
DAY 12 : Christchurch-Akaroa–Christchurch
Setelah sarapan, kami menuju hostel yang sudah kami book dari Singapura. Kami check in dan mengeluarkan semua isi campervan dan koper kami. Kami membersihkan toilet, dapur dan mengembalikan ke bentuk desain semula campervan. Lalu kami mandi di hostel dan melanjutkan mengembalikan campervan ke pihak rental. Sesampai di tempat rental, kami menceritakan insiden-insiden kami. Staf yang melayani kami kurang ber-empati dan kurang bersahabat saat itu.