Tren ini muncul di semua kelompok umur, termasuk Baby Boomers. Para wisatawan ini juga tergolong yang paling mungkin untuk merasa frustrasi karena tidak bisa mengakses informasi pemesanan mereka lewat perangkat seperti smartphone atau smartwatch, meningkat 9% pada 2018 dibanding wisatawan lainnya di dunia (67%).
Persentase rata-rata secara global sebesar 45%). Rasa frustrasi ini khususnya dirasakan oleh wisatawan Gen X (73%) dan Gen Y (67%). Para wisatawan di Indonesia juga memberi masukan mengenai beberapa bagian dari pengalaman memesan sebuah perjalanan yang dirasa masih perlu ditingkatkan.
Sebut saja, ketika berbelanja online, 59% dari wisatawan di Indonesia merasa sangat frustrasi (meningkat 21 persen dari 2018) dalam mencari perusahaan terpercaya. Mereka semakin frustrasi karena mereka tidak mengetahui apakah ulasan online dapat dipercaya atau tidak (53%, meningkat 10% dari 2018).
Ketika berusaha mempersonalisasi pengalaman mereka, kian banyak wisatawan yang merasa frustrasi. Mereka tidak dapat memahami apa saja yang termasuk dalam penawaran standar (61%, meningkat tajam sebesar 40% dibanding 2018). Demikian pula halnya dengan tidak mengetahui apa saja penawaran ekstra yang tersedia, yang merupakan hal yang tak menyenangkan bagi 63% wisatawan di Indonesia.
Meski para wisatawan tertarik menggunakan teknologi mutakhir untuk meningkatkan pengalaman pemesanan perjalanan mereka. Respons terhadap survei tahun ini menunjukkan, teknologi tidak selalu menjadi jawaban. Setengah wisatawan di Indonesia (52%) dan dua per lima bagian (42%) wisatawan global menganggap bahwa tidak dapat berbicara kepada sesama dapat menyebabkan mereka menjadi frustrasi, meningkat dari 38% pada 2018.
Regional Director APAC Operator Territories Travelport, Gary Harford mengatakan, para wisatawan mengharapkan pengalaman sederhana dan menyenangkan dari penyedia jasa pariwisata sebagaimana yang mereka dapatkan dari penyedia jasa di bidang lainnya.
“Riset kami menunjukkan bahwa teknologi berperan penting dalam hal ini, baik dalam memberikan layanan penawaran terpersonalisasi yang diharapkan oleh wisatawan di Indonesia, atau membantu mereka mencari nilai terbaik,” katanya.
Raymond Setokusumo, selaku Presiden Direktur dari Galileo Indonesia Perdana, operator Travelport di Indonesia, menambahkan, ekspektasi konsumen Indonesia yang terus mengalami perubahan merupakan kunci untuk dapat memenuhi kebutuhan mereka. Wisatawan di sini jelas rela berkorban guna mencari nilai terbaik bagi rencana perjalanan mereka – dan penyedia jasa pariwisata yang cerdas perlu memikirkan cara menyediakan hal itu. (*)
Global Digital Traveler Survey 2019
Global Digital Traveler Research Travelport dikembangkan oleh tim Market Intelligence Travelport dan dilaksanakan secara online lewat Toluna Research pada Agustus 2019. Riset ini meliputi 20 negara dan menyurvei orang-orang yang telah melakukan setidaknya dua penerbangan pulang-pergi selama setahun terakhir. Total responden berjumlah 23.000 orang.
Travelport (www.travelport.com)
Travelport adalah perusahaan teknologi yang menghadirkan pengalaman saat memesan dan mengelola perjalanan senantiasa menjadi lebih baik. Perusahaan ini mengoperasikan platform tata niaga perjalanan yang menyediakan distribusi, teknologi, solusi pembayaran, dan solusi lainnya untuk industri penyedia jasa perjalanan dan pariwisata global.