Masing-masing petani berusaha memanfaatkan lahan untuk membuat petak kuliner organik seperti, beras organik, sayur organik, hingga prosesnya yang secara organik. Harapan awalnya, semua pengunjung yang datang dapat menikmati sajian yang sehat dan organik. Dari situ, terbetik pengembangan wisata untuk membangun daya tarik lebih dengan membuat Taman Bunga Refugia.
Konsepnya menonjolkan fungsi tanaman kenikir sebagai tanaman yang mampu mengendalikan hama padi, bisa jadi olahan urap-urap, hingga lokasi swafoto dan prewedding. Selain tiga fungsi itu, pengunjung dapat belajar proses sistem ketahanan organik seperti membuat kompos, mikroba, pembibitan, perawatan, panen, hingga distribusi tanaman organik.
“Jadi, petani tidak menjual tanah tapi menjual hasil olahannya,” kata Slamet. Sebelumnya, tanaman padi menghasilkan 1 kuintal, sekarang bisa menjadi 1,5 ton. Inilah yang menjadikan tujuan pengembangan Bunga Refugia ditanam untuk ketahanan ekonomi. Petani tidak akan menjual tanahnya namun sudah menghasilkan dari tanaman yang ada.
Kampung Organik Brenjonk sendiri baru eksis sejak 12 tahun dan Taman Bunga Refugia dikembangkan setahun terakhir. Saat ini, kalau weekend, pengunjung mencapai 200 orang. Mereka datang dari luar Mojokerto seperti Halmahera, Timor-timor, mahasiswa asing dari Jerman, Turki yang kuliah di Indonesia, (*)