Makin Nyaman Kemping Ada Kompor Portabel Mini

KALAU ingat pengalaman kemping pramuka dulu, saya biasanya senyum-senyum. Tidak ada kompor portabel mini seperti sekarang ini. Jadilah, waktu itu bikin kompor sendiri.

Lha, gimana gaes, kalau dilihat dari zaman now, benar-benar nekat pilihan itu. Padahal, waktu itu, yang, semua anggota regu, meyakini sebagai sebuah inovasi.

Hahahah, inovasi apa, ngomong saja tidak ada dana, dan maunya ngirit. Begini ceritanya. Satu regu sepakat tidak membawa kompor minyak (waktu itu masih pakai minyak tanah).

Apalagi, bawa anglo (kompor tradisional dari tanah, dengan bahan bakar arang). Ngabot-aboti, alias bikin beban tambah berat saja. Apalagi, sewa colt buat mengangkut satu regu sudah mahal.

Semua mengangguk-angguk setuju. Jadilah, waktu itu, minyak tanah yang cuma satu gendul (seperti botol sirup), hanya buat bahan bakar lampu. Saya menyebutnya, lampu kandang ayam, warnanya biasanya biru.

Biasanya buat penghangat ruangan kandang. Kuat nyalanya, tidak mudah mati, karena relatif rapat tutupnya. Orang sekarang menyebutnya, lampu antibadai, hahahah.

Saya lupa siapa yang punya ide membuat kompor ‘inovatif’ ini. Prinsip kerjanya seperti tukang tambal ban itu. Ada porsi untuk tempat spiritus, kemudian dinyalakan.

Selama spiritus belum habis, atau nyala api belum mati, berarti, ban dianggap belum matang alias melekat tambalannya.

Jadi, ada seorang teman di regu pramuka yang saya ketuai, memotong sedikit bagian atas kaleng. Dia kemudian mengisi kaleng itu dengan lilin. Caranya, membakar lilin itu agar menetes ke dalam kaleng.

Cukup banyak lilin yang dibakar. Tahu kan, api yang berpadu dengan lilin itu sulit matinya. Walau kena angin, selama api menempel dengan lilin, tidak akan padamlah.

Tinggalkan Balasan