BUS Transjakarta hanya layani rute Koridor BRT mulai 23 Maret 2020. Pengelola bus Transjakarta (@PT_Transjakarta) hanya akan melayani rute dalam Koridor BRT saja mulai Senin (23/3/2020). Pelayanan itu dengan waktu yang terbatas, dari pukul 06.00 WIB hingga 20.00 WIB.
Layanan Mikrotrans, Non-BRT, Royaltrans dan rusun ditiadakan, begitu pulang dengan layanan AMARI (angkutan malah hari) stop beroperasi. Bus Transjakarta tetap membatasi pelanggan di dalam bus dan halte, dan menjaga frekuensi agar tidak terjadi penumpukan di halte dan bus.
Halte dibuka pukul 06.00 WIB dan tutup pukul 20.00 WIB. Bagi pelanggan yang sudah berada di dalam halte pada pukul 20.00 WIB, tetap diupayakan terangkut. Pengelola Bus Transjakarta mengingatkan kembali, menjaga jarak minimal 1 meter di dalam halte dan bus.
Jaga jarak aman antar pelanggan sejauh 1 bangku di dalam bus, dan jika berdiri, pastikan ada jarak sepanjang 1 lengan antarpelanggan. Kapasitas di bus akan dibatasi menjadi :
– 60 orang di bus gandeng
– 40 orang di bus maxi
– 30 orang di bus single
Pastikan untuk menghitung jumlah pelanggan yang sudah berada di dalam bus, sebelum memutuskan untuk naik bus. Pembatasan Bus Transjakarta ini perlu disambut positif. Dari sisi permintaan, ada penurunan, terakhir 500.000 penumpang.Jadi, situasi Senin (23/3/2020) diperkirakan berbeda. Apalagi dengan imbauan gubernur untuk menutup perkantoran.
Warganet Bitte langsam, Awe! (@awemany) mengatakan, tidak ada pengurangan frekuensi atau armada BRT. Yang terjadi, penutupan jalur yag berada di luar BRT. Hanya jamnya dipersingkat. Tapi masih buka sampai pukul 20.00 WIB. Mungkin akan ada antrean lebih panjang karena adanya pembatasan yg lebih ketat tentang jumlah penumpang per bus.
Namun jika mau antre berjarak kayak empat hari belakangan ini, tidak akan melihat kerumunan. Yang berpotensi penumpukan itu adalah jam operasi, dari biasanya pukul 05.00 WIB menjadi pukul 06.00 WIB. Pengguna Transjakarta sebaikanya, terutama yang tidak bisa work from home (WFH) agar mengganti moda transportasi pada 1 jam itu.
Menurut warganet ini, pengaruh utama itu ada pada jalur-jalur pengumpan. Mereka yang biasa menggunakan moda ini akan mengalami kesulitan. Demikian juga untuk mikrotrans Jaklingko. Namun karena pada jalur ini dihentikan total seharusnya tidak terjadi kerumunan.