Mencicipi Keindahan Hainan di Tiongkok

MENCICIPI keindahan Hainan di Tiongkok dapat menjadi pilihan destinasi selain kota-kota terkenal di Negeri Tirai Bambu, seperti Beijing, Shanghai, Chengdu atau lainnya. Hainan merupakan provinis terselatan di Tiongkok, yang tak lain sebuah pulau tersendiri seluas 34 km2.

Mencicipi keindahan Hainan di Tiongkok bukan sekadar merasakan n nasi gurih dengan ayam kukus putih empuk di sebelahnya. Maynard Caryabudi, pemilik travel blogger www.rodadanroti.com asal Surabaya bersama istri berkesempatan mencicipi keindahan wisata kekinian di pulau itu.

Bagi yang berkunjung ke Hainan menggunakan pesawat pasti akan turun di Kota Sanya atau Hai Kou, karena hanya di dua kota inilah bandara internasional berada. Hai Kou adalah kota terbesar di Hainan, tetapi Hai Kou, bukan kota turis melainkan kota bisnis. Sebaliknya, Sanya yang merupakan kota terbesar kedua di Hainan, adalah kota pariwisatanya.

Salah satu wisata utama di Sanya Hainan adalah Nanshan Buddhist Culture Garden. Di sini dapat melihat patung Dewi Kwan Im yang merupakan patung tertinggi di dunia untuk saat ini dengan ketinggian 108 meter. Patung dewi Kwan Im ini mempunyai 2 wajah yang sama. Satu menghadap ke daratan dan yang satu menghadap ke lautan.

Konon taman ini sudah lama ada tetapi patung Dewi Kwan Im ini baru dibangun dan selesai tahun 2005, hasil urunan dari seluruh warga Tiongkok. Selain patung Dewi Kwan Im, wisatawan dapat berkunjung ke Deer Looking Back Sculpture, monumen di puncak bukit.

Dari sini pengunjung dapat menyaksikan keindahan Kota Sanya dari kejauhan. Tampak pula sebuah pulau buatan bernama Phoenix Island, tempat kompleks hotel supermewah berbintang 7. Bila ke Hai Kou, bisa melihat Movie Town. Pengunjung seperti masuk suasana kota kuno, bisa foto-fotoan dengan latar belakang kota masa lampau.

Karena Kota Sanya berada di selatan dan Hai Kou di utara maka sebagai penghubung kedua kota itu ada layanan moda transportasi kereta api supercepat (bullet train), dengan kecepatan maksimal 300 km/jam. Pengunjungn dan warga lokal tidak perlu susah-susah bepergian dari utara ke selatan dan sebaliknya.

Nah, yang unik dari Hainan ini adanya destinasi bernama Desa Bali di Kota Ling Shui. Lokasi ini dibuat semirip mungkin dengan Pulau Bali seperti gapura dan barongnya. Kenapa bisa ada Desa Bali? Ini semua tidak lain karena cerita masa lalu. Zaman Orde Lama tahun 1959, ada yang namanya Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 10 tahun 1959.

Aturan itu mengenai perdagangan yang harus dialihkan pada pribumi, tetapi ujung-ujungnya adalah sentimen antiorang keturunan Tionghoa. Akibatnya, hampir setengah orang Tionghoa di Indonesia eksodus besar-besaran kembali ke Tiongkok. Oleh pemerintah Tiongkok waktu itu, semua imigran asal Indonesia ditempatkan di Hainan.

Saat itu, Hainan masih sangat terbelakang dan merupakan pulau tersendiri yang dikhususkan untuk orang yang terkena masalah politik. Dari situlah maka untuk mengenang desa mereka di Indonesia, dibangunlah Desa Bali. Hingga kini, ada sebagian warga Hainan yang masih sangat fasih berbahasa Indonesia. Mereka adalah turunan pertama dan kedua.

Tinggalkan Balasan