
COBAN Kricik (air terjun Kricik) berada di Desa Ngadirejo, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang. Kurang lebih 60-75 menit perjalanan dari Kota Malang, Nah, Jabung ini, terletak 23 km ke arah timur, Bisa lewat Jl Ledok Dowo atau Jl Raya Pakisjajar.
Setidaknya, kamu melalui dua tahap perjalanan. Pertama, Kota Malang-Jabung, sejauh 23 km, dan dari Jabung-Desa Ngadirejo sepanjang 15 km dengan waktu tempuh 30-40 menit. Jadi, siapkan betul-betul kendaraan kamu, baik roda empat atau dua.
Lokasi persis Coban Kricik itu di Dusun Krajan Bendolawang, Desa Ngadirejo. Dari pusat Kota Malang, kamu bisa pula melalui Jalan Laksamana Adi Sucipto, menuju ke Jalan Raya Pakis, Tumpang, lalu Jabung. Ketika sampai di pertigaan besar, ditandai gapura perbatasan Tumpang, silakan belok kiri masuk Desa Ngadirejo, hingga Dusun Bendolawang.
Tiba di Desa Ngadirejo, kamu akan disambut hamparan pohon pinus dan udara sejuk tanpa polusi. Tanya saja kepada warga setempat arah Coban Kricik. Kenapa? Ya, karena begitu tiba di pintu masuk Coban Kricik, kamu dapat sekaligus menjelajah Coban Singo, Coban Suko dan Coban Jodho.
Kalau tidak salah, kamu cukup membayar biaya parkir Rp 5.000 per motor dan Rp 10.000 per mobil (valid Oktober 2020). Setelah itu, bebas masuk dan memilih ingin menuju coban (air terjun) yang mana. Ingat ya, empat coban ini masih sepi pengunjung karena lokasinya yang terpencil.
Dari dusun di Desa Ngadirejo itu, silakan memarkirkan kendaraan di lahan parkir yang sudah disediakan. Dari sini, harus berjalan kaki menuju lokasi coban selama sekitar satu jam. Kamu akan melewati jalan setapak, melewati sungai dan lembah. Sepanjang perjalanan, penuh hamparan pemandangan hijau berupa perkebunan milik warga setempat.
Kamu juga akan melewati medan yang menantang berupa areal hutan belantara. Tersedia beberapa pos peristirahatan yang sengaja dibuat warga setempat. Jadi, disarankan membawa perbekalan yang cukup, karena di lokasinya belum ada fasilitas seperti warung makan dan sejenisnya.
Maklumlah, Coban Kricik yang masuk pelosok hutan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) memang menyuguhkan panorama alami. Butuh fisik prima yang prima. Pastikan mengenakan sepatu gunung atau alas kaki antiselip, karena treknya menurun tajam dan penuh tanjakan.
Jalanan hanya setapak, dikelilingi tebing yang curam. Perlu waspada dan tidak ceroboh jika tidak ingin terperosok ke jurang. Setelah menaklukan bukit tinggi, nanti bertemu air yang deras dan jernih. Silakan susuri sungai. Rasakan bebatuan sungai yang licin dan bikin terpeleset.
Setelah satu jam berjalan, langkah kaki sampai di Coban Kricik. Di sini, airnya sungguh deras dengan sepoi angin yang sejuk. Tubuh yang berkeringat tak tahan untuk segera berenang. Kubangan airnya dalam jadi kalau tidak dapat berenang sebaiknya tidak perlu mandi di situ.
Kalau ingin mandi, carilah kubangan yang dangkal. Airnya dingin, sejuk, bening, tak ada sampah. Oh ya, karena tempatnya sepi dan pelosok, masih ada hewan buas berkeliaran. Jadi, tetap hati-hati. “Ada macan tutul, macan hitam, macan kuning dan elang Jawa masih hidup di hutan ini,” ungkap Saturi, pengelola Coban Kricik.
Priantono selaku Ketua Pengelola Wisata Coban Kricik, Singo, Suko dan Jodho menyarankan mencoba wisata kuliner khas Desa Ngadirejo yakni sambal bakar. Tapi kalau lagi musim, di tempat itu bisa panen durian, alpukat dan kopi Ngadirejo lereng Bromo yang sudah terkenal.
Dari Coban Kricik, kamu dapat berpindah dan menjelajah Coban Jodho atau sering pula disebut Coban Cinde. Keduanya memang satu jalur dan Coban Kricik ini biasa menjadi tempat istirahat bagi mereka yang hendak ke Coban Jodho. Dari air terjun ini, kamu dapat menemukan dua air terjun lagi, Coban Arema dan Coban Cokro.
Coban Jodho berasal dari cerita setempat. Konon, di masa penjajahan ada pasangan melarikan diri ke air terjun ini. Versi lain menyebutkan, nama Jodho diambil dari bentuk air terjunya karena ada dua aliran air terjun yang mengalir deras sehingga terlihat seperti pasangan atau jodoh.
Versi lain diungkapkan Satsit (60), sesepuh Desa Ngadirejo. Pada tahun 2015, dia dan 11 sahabatnya menjelajah hutan lereng Gunung Bromo. Saat menyisir jalananan curam, rombongan mendengar bunyi air yang deras dari arah ujung sungai. Rombongan tercengang ketika menemukan empat air terjun yang indah.
Bak disambar petir di siang bolong, rombongan juga menemukan uang sebanyak Rp 12.000. “Kami tiba-tiba menemukan uang Rp 12 ribu. Uang itu ada di dalam air yang tenang. Uangnya kertas dua ribuan tapi tidak basah meski dari dalam air,” beber Satsit.
Untuk mengenang penemuan uang Rp 12.000, di sekitar sumber air terdapat sebuah wadah sumbangan yang bisa diisi uang Rp 2.000. Tapi, nama Coban Jodho punya versi cerita unik yang lain, yakni dari kisah asmara Mbah Sarmi dan Mbok Dara.
Dua sejoli itu diceritakan punya lahan perkebunan di atas Coban Jodho sebelum Kemerdekaan. Isinya tanaman kubis dan kopi milik Mbok Dara. Tak jauh dari situ, ada perkebunan milik Mbah Sarmi. Merasa punya nasib sama, dua sejoli itu akhirnya melenggang ke jenjang pernikahan. Keduanya berjodoh dan tinggal di situ sampai tua.
Coban Jodho terbilang wisata baru maka akses menuju lokasi masih susah dan belum ada petunjuk jelas. Tapi, kalau melihat Google Maps, lokasi Coban Jodho, tak jauh dari Coban Jidor. Bahkan jalur hampir sama. Akses Coban Jidor tinggal lurus saja hingga menemui ujung aspal jalan dari Dusun Bendolawang.
Coban Jodho secara administratif memang masuk Dusun Bendolawang. Inilah perdusunan terakhir sebelum tiba di lokasi Coban Jodho. Dari dusun ini, masih harus melanjutkan perjalanan dengan menempuh jalur bebatuan sejauh 1 km.
Treknya cukup licin dan penuh bebatuan, semak dan jalan setapak yang lebarnya hanya sekitar 1 meter. Tak hanya itu, ada banyak turunan dan tanjakan yang cukup curam sampai, termasuk melewati beberapa aliran sungai yang arusnya lumayan deras. Tak jauh dari sana sudah terlihat dan terdengar gemecik air Coban Jodho.
Salah satu alasan banyak yang memilih langsung ke Coban Jodho, diduga, karena tekstur tebingnya yang berlekuk dihiasi hijaunya pepohonan di sekitarnya. Ada banyak rerumputan segar yang terkesan sangat alami. Di sekitar Coban Jodho, ada banyak air terjun lain seperti disebut di atas : Coban Jidor, Coban Kricik, Coban Arema (Singo), dan Coban Suko.
Untuk ke Coban Singo, kamu harus berjalan kaki selama 45 menit dari penitipan motor dengan trek yang tidak begitu ramah untuk kaki. Terjal dan licin serta diapit jurang dan tebing. Sebelum menjangkau Coban Singo, kamu harus menyusuri sungai, karena tidak ada jalan lain.
Sepanjang perjalanan kicauan burung ramai terdengar. Suaranya selaras dengan arus deras air. Coban Singo bermuara pada kubangan air yang tidak dalam sehingga tidak berbahaya untuk mandi. Di bagian kanan kiri Coban Singo, ada tebing yang menyerupai tembok. Mirip Tembok Ratapan di Israel.
Tapi, berdiam diri sebentar di bawah air terjun sudah bisa bikin relaks setelah perjalanan yang melelahkan. Warga sering menyebut Coban Singo sebagai Coban Arema karena bentuknya yang seperti lambang arema, yaitu Singa. Bentuknya yang unik membuat daya tarik tersendiri pada coban ini. (*)