Tapi kalau lagi musim, di tempat itu bisa panen durian, alpukat dan kopi Ngadirejo lereng Bromo yang sudah terkenal. Dari Coban Kricik, kamu dapat berpindah dan menjelajah Coban Jodho atau sering pula disebut Coban Cinde.
Keduanya memang satu jalur. Coban Kricik ini biasa menjadi tempat istirahat bagi mereka yang hendak ke Coban Jodho. Dari air terjun ini, kamu dapat menemukan dua air terjun lagi, Coban Arema dan Coban Cokro.
Coban Jodho berasal dari cerita setempat. Konon, di masa penjajahan ada pasangan melarikan diri ke air terjun ini. Versi lain menyebutkan, nama Jodho diambil dari bentuk air terjunya.
Ada dua aliran air terjun yang mengalir deras sehingga terlihat seperti pasangan atau jodoh. Versi lain diungkapkan Satsit (60), sesepuh Desa Ngadirejo. Pada tahun 2015, dia dan 11 sahabatnya menjelajah hutan lereng Gunung Bromo.
Saat menyisir jalananan curam, rombongan mendengar bunyi air yang deras dari arah ujung sungai. Rombongan tercengang ketika menemukan empat air terjun yang indah.
Bak disambar petir di siang bolong, rombongan juga menemukan uang sebanyak Rp 12.000. “Kami tiba-tiba menemukan uang Rp 12 ribu. Uang itu ada di dalam air yang tenang. Uangnya kertas dua ribuan tapi tidak basah meski dari dalam air,” beber Satsit.
Untuk mengenang penemuan uang Rp 12.000, di sekitar sumber air terdapat sebuah wadah sumbangan yang bisa diisi uang Rp 2.000. Tapi, nama Coban Jodho punya versi cerita unik yang lain, yakni dari kisah asmara Mbah Sarmi dan Mbok Dara.
Dua sejoli itu diceritakan punya lahan perkebunan di atas Coban Jodho sebelum Kemerdekaan. Isinya tanaman kubis dan kopi milik Mbok Dara.
Tak jauh dari situ, ada perkebunan milik Mbah Sarmi. Merasa punya nasib sama, dua sejoli itu akhirnya melenggang ke jenjang pernikahan. Keduanya berjodoh dan tinggal di situ sampai tua.
Coban Jodho terbilang wisata baru maka akses menuju lokasi masih susah dan belum ada petunjuk jelas. Tapi, kalau melihat Google Maps, lokasi Coban Jodho, tak jauh dari Coban Jidor.